Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang pilihan terbaik antara mendapatkan Vitamin D dari berjemur sinar matahari atau mengkonsumsi suplemen (Vitamin D3)? Dokter spesialis kulit yang juga mantan Direktur Utama Rumah Sakit Akademik UGM, Arief Budiyanto, memberikan jawabnya dalam dialog daring yang dihelat Alumni Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Jumat 30 Juli 2021.
Berita terpopuler selanjutnya tentang Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Chairul Anwar Nidom telah mengidentifikasi Covid-19 varian baru yang disebutnya lebih mengkhawatirkan. Temuan itu berdasarkan data analisis bioinformatik yang berasal dari GISAID Initiative—organisasi nirlaba internasional yang mempelajari genetika virus.
Selain itu, Pemerintah menetapkan Chrome dari Google sebagai sistem operasi pengembangan laptop Merah Putih bagi para pelajar. Menurut koordinator tim pengembangan laptop itu dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Adi Indrayanto, ada beberapa masalah penggunaan Chrome itu nantinya yang harus diatasi. Utamanya terkait dengan jaringan Internet.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno.
1. Sumber Vitamin D: Berjemur Awas Sunburn, Suplemen Hati-hati Toksik
Mana yang lebih baik antara mendapatkan Vitamin D dari berjemur sinar matahari atau mengkonsumsi suplemen (Vitamin D3)? Dokter spesialis kulit yang juga mantan Direktur Utama Rumah Sakit Akademik UGM, Arief Budiyanto, memberikan jawabnya dalam dialog daring yang dihelat Alumni Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Jumat 30 Juli 2021.
Arief mengatakan masing masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari aktivitas berjemur, dia menuturkan, seseorang mendapatkan asupan Vitamin D dari dalam yang sifatnya gratis. Aktivitas berjemur, ditambahkannya, paling baik pukul 10 dan berlangsung sekitar 10 menit, saat matahari mulai memancarkan secara kuat gelombang cahaya ultraviolet B.
Arief menjelaskan, berjemur sinar matahari juga tidak memberi risiko intoksikasi ataupun gangguan fungsi tubuh. “Hanya saja resiko berjemur bisa juga memiliki resiko kulit terbakar (sunburn) dan kronis seperti kanker kulit jika paparan mataharinya berlebihan,” kata Arief.
Beda dengan konsumsi suplemen Vitamin D3 yang artinya seseorang mendapat asupan dari luar dan harus mengeluarkan biaya atau tidak gratis. Cara ini juga disebutnya membawa risiko intoksikasi lebih besar jika dosis berlebihan. Ini terkait metabolisme suplemen Vitamin D3 oleh hati.
2. Guru Besar Unair Identifikasi Varian Covid-19 yang Lebih Mengkhawatirkan
Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Chairul Anwar Nidom telah mengidentifikasi Covid-19 varian baru yang disebutnya lebih mengkhawatirkan. Temuan itu berdasarkan data analisis bioinformatik yang berasal dari GISAID Initiative—organisasi nirlaba internasional yang mempelajari genetika virus.
Menurut Nidom, pihaknya di Laboratoriun Profesor Nidom Foundation (PNF) sudah menengarai terkait dengan munculnya varian baru. “Tapi bukan Delta Plus, di kami namanya B1446.2B,” ujar Nidom saat dihubungi Jumat malam, 30 Juli 2021, sambil menambahkan bahwa varian itu termasuk dalam varian Delta, selain B1617.2 dan B1617.1
Nidom menjelaskan, varian ini memiliki struktur delesi—mutasi yang berefek merusak pada protein yang dihasilkan, lebih daripada substitusi. Menariknya, kata dia, B1446.2B memiliki isolat protein yang berasal dari Indonesia, bukan impor. “Jadi mutasi virus akibat tekanan yang terjadi di alam Indonesia, dan lebih mengkhawatirkan dari varian Delta lainnya,” tutur dia.
Dari segi karakter virus, dia mengatakan varian jenis Delta ini secara umum memiliki percepatan perbanyakan diri dalam tubuh inang yang sangat tinggi. Jadi, jika dites polymerase chain reaction (PCR), nilai batas ambang siklus virus (CT Value) rendah antara 10-18, bahkan ada yang di bawah 10 (semakin rendah angkanya, semakin tinggi jumlah virusnya atau per satuan waktu replikasinya lebih banyak).
3. Masalah Sistem Operasi Chrome Google di Laptop Merah Putih
Pemerintah menetapkan Chrome dari Google sebagai sistem operasi pengembangan laptop Merah Putih bagi para pelajar. Menurut koordinator tim pengembangan laptop itu dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Adi Indrayanto, ada beberapa masalah penggunaan Chrome itu nantinya yang harus diatasi. Utamanya terkait dengan jaringan Internet.
Menurut dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu, pemakaian Chrome untuk menjalankan laptop itu akan membuat penggunanya harus beradaptasi. “Orang biasa pakai sistem operasi lain terus pindah, kita tidak tahu juga apakah akan dikomplain pengguna,” katanya, Jumat 30 Juli 2021.
Adi mengatakan orientasi di negara maju sekarang mengandalkan penyimpanan data komputasi awan atau cloud base. Tujuannya agar pengguna gawai bergerak seperti laptop selalu terkoneksi. Menurutnya, konsep itu sekarang tidak cocok dengan Indonesia. “Jaringan Internet kita masih byarpet begini,” ujarnya.Simak Top 3 Tekno Berita Hari Ini lainnya di Tempo.co.