Kesehatan

4 Fase Menstruasi pada Wanita

4 Fase Menstruasi Pada Wanita

Fase menstruasi merupakan perubahan alami yang terjadi pada organ reproduksi wanita setiap bulannya. Menstruasi terjadi ketika lapisan rahim atau endometrium dan sel telur yang tidak dibuahi keluar dari vagina.

Pada dasarnya, dalam satu siklus menstruasi (haid) setiap bulannya, tubuh wanita mempersiapkan diri untuk kemungkinan hamil. Setiap bulan, ovarium melepaskan sel telur dalam proses yang disebut ovulasi. Pada saat yang sama, perubahan hormonal akan membantu mempersiapkan rahim sebagai tempat bayi tumbuh dan berkembang.

Jika sel telur dilepaskan dan tidak dibuahi, lapisan rahim yang disiapkan untuk kehamilan akan luruh. Peluruhan lapisan rahim melalui vagina disebut sebagai menstruasi. Dalam prosesnya, ada 4 tahapan atau fase menstruasi yang biasa terjadi.

Apa Saja Fase Menstruasi?

  1. Fase menstruasi

Fase menstruasi dimulai ketika sel telur yang dikeluarkan oleh ovarium dari siklus sebelumnya tidak dibuahi. Hal ini menyebabkan kadar estrogen dan progesteron turun. Lapisan rahim yang menebal yang sudah disiapkan untuk menopang kehamilan tidak diperlukan lagi.

Akhirnya, lapisan rahim luruh dan keluar dalam bentuk darah yang dikenal sebagai menstruasi. Selain darah, vagina juga akan mengeluarkan lendir pada jaringan rahim. Pada tahap ini, Anda juga akan mengalami berbagai gejala menstruasi yang bisa dirasakan berbeda oleh setiap wanita, sebagai berikut.

  • Keram perut.
  • Payudara terasa kencang dan nyeri.
  • Mood atau suasana hati mudah berubah.
  • Mengidam makanan.

Dalam satu siklus, rata-rata haid berlangsung selama 3-7 hari. Namun, beberapa wanita juga bisa mengalami menstruasi lebih dari 7 hari.

  1. Fase folikular (pra-ovulasi)

Fase folikular atau pra-ovulasi dimulai pada hari pertama menstruasi. Pada hari pertama haid, hormon perangsang folikel (FSH) mulai meningkat. Kondisi ini dimulai ketika hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari dan melepaskan zat kimia yang disebut gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

GnRH mempromosikan pelepasan hormon LH dan FSH. Hormon FSH yang dilepaskan pada fase ini merangsang ovarium untuk menghasilkan 5-20 kantong kecil yang disebut folikel. Di setiap folikel mengandung sel telur yang belum matang. Dalam prosesnya, hanya satu folikel yang akan matang menjadi telur, sementara yang lain mati.

Proses ini biasanya terjadi pada hari ke 10 dari 28 hari siklus menstruasi Anda. Namun, wanita lain mungkin mengalaminya cepat atau lambat hingga hari ke-14. Folikel yang matang kemudian memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan rahim sebagai persiapan untuk kehamilan.

  1. Fase ovulasi

Peningkatan kadar hormon estrogen selama fase folikular memicu pelepasan luteinizing hormone (LH). Peningkatan kadar LH ini kemudian merangsang ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi di tengah siklus, yaitu pada hari ke-14 dari siklus menstruasi 28 hari.

Sel telur yang dilepaskan pada saat ovulasi kemudian bergerak menuruni tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma. Masa hidup sel telur biasanya hanya sekitar 24 jam untuk bertemu sperma. Setelah 24 jam, sel telur yang tidak memenuhi sperma akan mati.

Inilah sebabnya mengapa fase ovulasi adalah satu-satunya kesempatan terbaik sepanjang siklus menstruasi bagi Anda untuk memiliki kesempatan untuk hamil. Saat ovulasi, wanita biasanya mengalami berbagai tanda atau gejala, seperti keputihan yang kental dan bening serta suhu tubuh yang sedikit meningkat.

  1. Fase luteal (pramenstruasi)

Ketika folikel melepaskan telurnya, ia berubah bentuk menjadi korpus luteum. Korpus luteum melepaskan hormon progesteron dan estrogen. Peningkatan hormon pada fase ke-4 menstruasi berfungsi untuk menjaga agar lapisan rahim tetap menebal dan siap untuk ditanamkan sel telur yang telah dibuahi.

Jika positif hamil, tubuh akan memproduksi human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon inilah yang terdeteksi dalam tes urin kehamilan untuk dites positif hamil. Tetapi, jika Anda tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan mati. Kadar estrogen dan progesteron pun perlahan menurun sehingga membuat lapisan rahim akhirnya terlepas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *